16/Apr/2021

Artikel

POLA MAKAN DI BULAN RAMADHAN


Oleh : dr. Ikbal Gentar Alam, Sp Gk. (Dokter Spesialis Gizi Rumah Sakit Al Islam Bandung)

Sahabat RSAI, Ramadhan tahun ini mempunyai nuansa yang berbeda dari Ramadhan sebelum pandemi COVID-19. Banyak kegiatan yang biasa dilakukan saat bulan ramadhan, untuk ramadhan tahun ini kita kurangi atau tidak dilakukan, seperti kegiatan buka bersama ataupun kegiatan mencari makanan takjil buat berbuka puasa.




Tahukah kamu, saat Ramadhan terjadi perubahan jumlah dan jadwal makan lho. Di luar Ramadhan, waktu makan kita biasanya 2-3 kali makan pokok dan beberapa kali cemilan, saat Ramadhan, kita makan menjadi dua kali yaitu sahur dan buka puasa, kadang ditambah shalat tarawih.

Tapi tahukah kamu, meskipun ada perubahan pola makan, ternyata dengan berpuasa di bulan Ramadhan itu dapat memperbaiki kondisi kesehatan seseorang. Puasa terbukti secara klinis dapat menurunkan kolesterol seperti LDL, trigliserida, dan kolesterol total, dapat mengontrol gula darah dan resistensi insulin, serta dapat menurunkan berat badan, bila saat puasa bulan Ramadhan kita mengikuti diet yang tepat.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Anas r.a: Rasulullah bersabda: “Tasahharuu fa inna fissuhuuri barokah” yang artinya : “Makanlah waktu sahur. Sesungguhnya makan waktu sahur merupakan berkah”. (HR Mutafaq alaih).

Makanan saat sahur harus memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh. Pola makan saat sahur sebaiknya dimulai dengan minum air sedikit, kemudian makan makanan 4 sehat, yang meliputi karbohdrat, protein dan serat (ada nasi, ada lauk hewani dan nabati, serta ada sayur-sayuran dan buah-buahan yang berair banyak). Setelah makanan 4 sehat terpenuhi, kalau masih kurang dapat ditambahkan susu atau makanan lain yang disukai. Usahakan untuk dapat minum 3-5 gelas saat sahur.

Untuk berbuka puasa, marilah kita menyegerakan berbuka dan mencoba mengikuti Rasulullah. Menurut hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Anas RA , beliau berkata : “Rasulullah SAW biasa berbuka dengan beberapa ruthab (kurma basah) sebelum shalat maghrib. Bila ruthob tidak ada Rasul membatalkan shaummya dengan thamr (kurma kering) dan kalau thamr tidak tersedia dengan beberapa teguk air putih.”



Dari hadits di atas, Rasulullah SAW mengajarkan piihan pertama berbuka adalah dengan Ruthab atau dalam hal ini merupakan buah yang basah dan segar sehingga untuk di Indonesia Ruthab bisa kita ganti dengan karakteristik yang mirip yaitu buah-buah yang segar dan mengandung banyak air seperti pir, melon, semangka, pepaya, jeruk dan lain lain, kalau tidak ada baru dengan Tamr atau buah yang sudah dikeringkan. Baru setelah itu minum dan shalat maghrib. Setelah shalat maghrib dan dzikir baru kita makan makanan 4 sehat. Usahakan untuk minum dari saat berbuka sampai tidur minimal 4-6 gelas air putih.

Untuk orang-orang seperti anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, orang dewasa kurang gizi yang prinsipnya membutuhkan asupan kalori yang tinggi dapat ditambahkan dengan cemilan lain seperti susu, atau yang lain setelah shalat tarawih. Untuk orang-orang dengan obesitas atau riwayat tinggi kolesterol sebaiknya tidak makan cemilan lagi setelah makan makanan 4 sehat tadi.

Bagaimana dengan makanan seperti jus, kolak, berbagai jenis gorengan dan lainnya? Makanan tersebut merupakan makanan dengan kadar gula (karbohidrat simpel) yang tinggi dan atau mengandung lemak jenuh yang tinggi yang kurang baik untuk kesehatan dan kemampuan imun tubuh kita sehingga sebaiknya dikonsumsi sesedikit mungkin atau dalam jumlah yang terbatas.

Sahabat RSAI, semoga artikel ini dapat bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah shaum ramadhan 1441 H, semoga kita semua dapat menjalankan ibadah ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Aamiin



21/Jun/2019

DIET BAGI PARA DIABETISI DI BULAN RAMADHAN

Safitri Hikmatiyah

Ahli Gizi Rumah Sakit Al Islam Bandung

 

 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS Al Baqarah 183-184)

 

Bulan Ramadhan telah tiba, bulan suci dan penuh berkah yang ditandai dengan seluruh umat Islam di dunia akan melaksanakan ibadah wajib, yaitu berpuasa dibulan Ramadhan. Akan tetapi, berpuasa bagi penderita diabetes memerlukan perhatian khusus. Penting bagi Anda untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum melaksanakan ibadah puasa dibulan Ramadhan, karena beberapa kondisi pada Diabetesi tidak diajurkan untuk berpuasa. Dokter akan mengecek kadar gula darah Anda dan mengevaluasi apakah Anda dapat menjalankan ibadah puasa atau sebaliknya.

 

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa berpuasa dapat membantu Diabetesi mengontrol kadar gula dalam darah, karena pola makan yang lebih teratur dan asupan kalori yang relatif sama dari hari ke hari. Apabila hasil pengecekan oleh dokter Anda diperbolehkan untuk berpuasa, beberapa hal penting harus diperhatikan. Seperti pengecekan gula darah yang lebih rutin untuk menghindari terjadinya hipoglikemi (kadar gula darah dibawah batas normal) atau hiperglikemi (kadar gula darah melebihi batas normal), konsumsi obat – obatan, dan tentu saja pengaturan makan yang tepat untuk penderita diabetes dalam menjalankan puasa.

 

Secara umum, pola makan diabetes diatur dengan konsep “Prisip 3J” yaitu ketepatan Jumlah sesuai kebutuhan, ketepatan Jadwal makan, dan ketepatan Jenis bahan makanan yang dipilih untuk menjaga gula darah.

 

Jadwal makan yang dianjurkan hampir sama seperti pada umumnya, yaitu melaksanakan sahur dengan konsumsi makanan lengkap mulai dari sumber karbohidrat, protein hewani, protein  nabati, dan sayur buah. Sahur sangat penting dilaksanakan karena tubuh kita akan berpuasa kurang lebih 14 jam lamanya, selama itulah tubuh kita akan memecah energi dari makanan dan juga cadangan makanan yang disebut glikogen. Apabila Anda meninggalkan jadwal sahur, akan membahayakan kondisi kesehatan Anda atau menyebabkan hipoglikemi sehingga Anda tidak dapat melanjutkan berpuasa. Lakukanlah makan sahur selambat atau seakhir mungkin sebelum imsyak.

 

Pada jadwal buka puasa, Diabetesi dianjurkan untuk kosumsi makanan manis alami terlebih dahulu, misalnya buah – buahan. Kemudian melanjutkan makan utama setelah shalat magrib dengan komposisi makanan lengkap sebelum tarawih untuk menghindari terjadinya hipoglikemi, karena tarawih merupakan salah satu aktifitas tambahan bagi Diabetesi dan apabila Anda merasa lapar menjelang jam tidur, pilihlah makanan yang mengandung serat seperi buah potong.

Jumlah makanan yang dapat dikonsumsi oleh Diabetesi boleh beranekaragam, akan tetapi jumlah yang dikonsumsi harus diperhatikan. Jumlah tersebut akan berbeda pada setiap individu karena ditentukan oleh masing – masing berat badan dan tinggi badan penderita diabetes.

Sebagai contoh, Diabetesi diperbolehkan konsumsi buah kurma saat berbuka puasa dengan batasan cukup 2-3 buah kurma sedang. Walaupun manis, kurma mengandung indeks glikemik dalam jumlah yang rendah sehingga aman untuk penderita Diabetes.

Ahli gizi disini akan membantu untuk menghitung kebutuhan harian Anda dan mengatur pembagian makan dalam sehari khususnya saat menjalani ibadah puasa.

Jenis makanan yang dipilih harus selektif karena Diabetesi memiliki masalah dengan metabolisme gula sehingga pemilihan sumber karbohidrat sangat penting. Pilihlah sumber karbohidrat kompleks seperti nasi merah, jagung, sayur dan buah. Hindari konsumsi karbohidrat olahan seperti sereal dan mi karena mudah dirubah menjadi gula darah dan menyebabkan lapar lebih cepat. Memperbanyak makanan sumber serat dari sayur dan buah juga sangat dianjurkan karena dapat membantu perut menjadi kenyang lebih lama, menghindari konstipasi dan meningkatkan sensitivitas insulin.

 

Hal lain yang perlu diperhatikan, pemenuhan cairan dalam sehari karena pasien diabetes berisiko dehidrasi, dimana saat gula dalam darah meningkat akan menyebabkan sering buang air kecil. Cairan yang perlu dipenuhi sebanyak 2 liter perhari dengan pembagian: 2 gelas saat sahur, 1 gelas saat adzan magrib, 1 gelas selepas shalat maghrib, 1 gelas setelah berbuka puasa (makan berat), 1 gelas setelah shalat tarawih, dan 1 gelas menjelang tidur.

Jika Anda masih bingung mengatur diet dalam menjalankan ibadah puasa dibulan Ramadhan, kami dapat membantu Anda melalui program Catering Diet elivery Order. Kami akan membantu Anda memilih jenis makanan yang sesuai dengan prinsip diet diabetes melitus dengan menghubungi kami di telepon 085103113344

Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman dan bagi warga masyarakat yang memerlukan penyuluhan mengenai Kesehatan (Gratis) dapat menghubungi bagian PKRS RS Al Islam Bandung pada jam kerja di Telp.022-7562046 ext.822.

 

 


19/Jun/2019

Bugar dan Sehat di Bulan Ramadan (2)

Gaga Irawan Nugraha

Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Al Islam Bandung

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

“ …dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.  Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam…” (Q.S. 2:187)

 

Sebelum membahas tentang sahur, sedikit mengulang tentang berbuka puasa dari artikel minggu lalu.  Pola makan yang dianjurkan saat berbuka adalah sebagai berikut: 1). Berbuka dengan buah-buahan manis berair banyak atau makanan manis tapi tidak terlalu banyak, 2). Minum air, 3). Sholat mahgrib, 4). Makan nasi dan lauk pauknya (4 sehat), 5) Makan makanan lain atau STOP tergantung dari status gizi anda.  Antara berbuka hingga tidur dianjurkan minum antar 4-5 gelas untuk orang dewasa.

Pola makan saat sahur adalah sebagai berikut: 1) Makan nasi dan lauk pauknya, 2). Makan buah berair banyak, 3). Minum Susu untuk yang suka, 4). Makan makanan lainnya. Minum antara 3-4 gelas dari bangun sahur hingga imsyak.

 

Makan sahur sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, dalam satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah bersabda: “Makan Sahur adalah keberkahan, maka janganlah kalian meninggalkannya, walaupun hanya berupa seteguk air, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Malaikat-Nya bershalawat bagi orang-orang yang bersahur.”

 

Sedemikian kuatnya Rasulullah SAW dalam menganjurkan makan sahur.  Dalam pandangan ilmu gizi  makan sahur sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi harian yang tidak dapat dipenuhi hanya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman saat berbuka saja.  Selain itu makan sahur juga menjadi sumber zat gizi utama untuk menunjang aktivitas seharian sejak azan subuh hingga azan maghrib.

 

Mengingat waktu yang terbatas, dianjurkan makan sahur diawali dengan makan nasi dengan lauk pauknya (4 sehat), yaitu nasi, sumber protein hewani (daging, ikan, ayam atau telur), sumber protein nabati (kacang-kacangan dan produknya seperti tahu dan tempe), serta sayuran.  Makanan 4 sehat ini memiliki komposisi zat gizi yang seimbang dan total energinya cukup besar, sehingga bila kebetulan terlambat bangun sekalipun, bila langsung mengkonsumsi 4 sehat, asupan gizi yang sempat dikonsumsi dapat menunjang kebutuhan zat gizi tubuh saat berpuasa hingga berbuka di sore hari.  Setelah mengkonsumsi makanan 4 sehat jangan lupa minum air.

 

Selanjutnya bila masih memiliki waktu, sahur dapat dilanjutkan dengan mengkonsumsi buah-buahan manis berair banyak (pepaya, semangka, melon, jeruk, nanas, belimbing, anggur, apel dll).  Buah-buahan ini mengandung air, vitamin , dan mineral serta gula buah atau fruktosa.  Fruktosa bermanfaat untuk mengisi cadangan glikogen hati dan otot yang bermanfaat untuk daya tahan saat berpuasa.  Setelah itu sahur dapat dilanjutkan dengan minum susu bagi yang suka.  Susu bermanfaat terutama untuk suplementasi kalsium dan vitamin D.   Minum susu juga menjadi tambahan untuk asupan protein dan air.

 

Bagi yang memiliki status gizi normal atau kurang, termasuk anak yang dalam masa pertumbuhan, bila masih memiliki waktu sebaiknya setelah minum susu mengkonsumsi makanan lain seperti kue dan camilan lainnya untuk tambahan asupan energi.  Jangan dilupakan untuk minum air yang cukup, sebaiknya untuk orang dewasa 3-4 gelas.

 

Total asupan zat gizi yang dikonsumsi saat puasa Ramadan, akan lebih sedikit dari saat tidak puasa.  Hal ini karena kesempatan untuk mengkonsumsi makanan menjadi lebih sedikit.  Oleh sebab itu makan sahur sangat penting agar defisit asupan zat gizi saat puasa tidak terlalu banyak.

 

Berdasarkan hasil penelitian di beberapa negara, diketahui bahwa dampak dari puasa di bulan Ramadan akan menyebabkan berat badan akan turun, namun penurunan ini hanya terjadi hingga minggu ke 2 berpuasa.  Setelah itu kemudian berat badan akan bertahan hingga lebaran tiba (tidak turun lagi).  Berat badan akan naik lagi saat lebaran.  Hal ini akan di bahas pada tulisan yang akan datang tentang persiapan menghadapi lebaran.

 

Fenomena berat badan turun saat 2 minggu pertama menunjukkan bahwa total asupan energi saat puasa Ramadan memang mengalami defisit dibandingkan dengan saat tidak berpuasa.  Oleh sebab itu penting diperhatikan terutama untuk anak yang sedang tumbuh agar jumlah defisitnya tdk terlalu banyak, agar mengkonsumsi makanan apapun sebelum dan setelah shalat tarawih.  Anak –anak juga harus dibangunkan untuk sahur lebih awal agar kesempatan untuk mengkonsumsi makanan saat sahur menjadi lebih banyak, dengan pola seperti yang telah dituliskan di atas.  Sedangkan berat badan di 2 minggu terakhir Ramadan bertahan, karena tubuh telah beradaptasi dengan kekurangan saat berpuasa sehingga lebih hemat dalam penggunaan energi.

 

Pola aktivitas fisik saat puasa Ramadan yang dianjurkan adalah sebagai berikut: pagi-pagi setelah sahur sebaiknya melakukan senam ringan untuk menjaga fleksibilitas tubuh, dilanjutkan dengan aktivitas harian.  Saat siang hari diperbolehkan untuk tidur siang, namun sekitar jam 2 sampai dengan jam 3 sebaiknya melakukan aktivitas kembali seperti berkebun, pergi ke pasar, mempersiapkan makanan untuk berbuka dan lain-lain.  Olah raga sebaiknya tetap dilakukan untuk menjaga kebugaran, dan dapat dilakukan dari mulai bada ashar hingga menjelang azan maghrib.  Sebaiknya tidak kurang dari 30 menit selama 3-5 kali seminggu.  Jenis olah raganya disesuaikan dengan usia, dari intensitas ringan hingga berat , olah raga aerobik ataupun anaerobik, sebaiknya campuran.  Semakin tinggi intensitas olah raga, maka kebutuhan air semakin banyak, oleh sebab itu bila akan melakukan oleh raga dengan intensitas berat dilakukan saat mendekati waktu berbuka puasa.

 

Pola makan dan aktivitas fisik yang telah dianjurkan dia atas untuk berpuasa di bulan Ramadan, telah disesuaikan dengan perubahan metabolisme tubuh pada saat puasa, sehingga diharapkan meskipun kita berpuasa, aktivitas harian seharusnya tetap berjalan seperti biasa karena tubuh telah memiliki mekanisme adaptasi saat berpuasa.  Selain itu untuk yang mengalami gizi lebih (obesitas, trigliserida dan kolesterol dalam darah tinggi), dengan berpuasa akan menyebabkan berat badan akan turun, demikian pula dengan kadar trigliserida akan turun selama pola makan dan pola aktivitas fisiknya dilakukan dengan baik sesuai anjuran.

 

Demikian, semoga kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan bugar dan sehat, terima kasih.

Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman dan bagi yang ingin berkonsultasi lebih jauh mengenai  Gizi Lebih ini dapat menghubungi kami di Poli Klinik Konsultasi Gizi RS Al Islam Bandung yang akan dilayani oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik yang berpengalaman di bidangnya, untuk informasi jadwal praktek Poli Klinik Konsultasi Gizi, silahkan anda mengunjungi website www.rsalislam.com atau ke bagian informasi di telp.022-7562046 ext.705 dan bagi warga masyarakat yang memerlukan penyuluhan mengenai Kesehatan Gizi (Gratis) dapat menghubungi bagian PKRS RS Al Islam Bandung pada jam kerja di Telp.022-7562046 ext.822.

 


18/Jun/2019

Bugar dan Sehat di Bulan Ramadan (1)

Dr.Gaga Irawan Nugraha, MGizi., dr., SpGK

Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Al Islam Bandung

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

 

“ Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al Baqarah:183)

 

Puasa di Bulan Ramadan merupakan kewajiban yang harus dijalankan selama 1 bulan penuh untuk kaum muslimin, dengan menahan makan dan minum dari sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.

 

Tujuan utama Puasa di bulan Ramadan adalah mencapai ketaqwaan, dan untuk mencapainya diperlukan tubuh yang sehat dan bugar agar kita dapat beraktivitas secara optimal meskipun dalam keadaan berpuasa.  Pada saat tubuh tidak mendapatkan makanan selama 12-14 jam, akan terjadi perubahan metabolisme sebagai mekanisme adaptasi terhadap keadaan tersebut.   Oleh sebab itu pola makan dan aktivitas fisik yang dilakukan harus berdasarkan pada keadaan metabolisme tubuh saat puasa Ramadan.

 

Saat mulai berpuasa sejak terbit fajar, tubuh akan menggunakan gula darah (glukosa) yang berasal dari makanan yang dikonsumsi saat makan sahur.  Gula darah sangat diperlukan oleh otak dan sel darah merah sebagai sumber energi.  Ketika makanan tidak ada yang dikonsumsi karena puasa, perlahan gula darah akan turun.  Untuk mempertahankan kadarnya, tubuh akan memecah cadangan glikogen yang terdapat di organ hati menjadi gula darah, dan proses ini disebut glikogenolisis.  Gula darah yang berasal dari makan sahur dan pemecahan glikogen  dapat dipertahankan kadarnya hingga sekitar jam 1 atau 2 siang.  Setelah itu gula darah kembali menurun, sedangkan glikogen yang tersedia tidak lagi cukup untuk dipecah menjadi glukosa.  Pada saat itulah tubuh akan mengubah zat lain menjadi gula darah, yaitu lemak tubuh (trigliserida) dan protein tubuh yang sebagian besar terdapat pada otot rangka, dan proses ini disebut glukoneogenesis.

 

Dengan adanya proses glukoneogenesis, maka kadar gula darah kembali naik dan bertahan dalam batas normal hingga azan maghrib menjelang.  Pengubahan lemak tubuh menjadi gula darah akan lebih baik dan optimal apabila dirangsang dengan beraktivitas fisik.  Oleh sebab itulah maka sebaiknya setelah jam 1 atau 2 siang saat puasa di bulan Ramadan kita tidak tidur atau kalaupun tidur tidak terlalu lama, karena akan menyebabkan proses glukoneogenesis tidak optimal sehingga gula darah akan makin menurun.  Inilah yang menjadi penjelasan pada orang yang tidur siang saat puasa Ramadan ketika bangun akan terasa sangat lemas karena gula darah kadarnya rendah sekali akibat dari tidak optimalnya proses glukoneogenesis, sebaliknya pada anak-anak yang beraktivitas fisik atau “ngabuburit” malah tetap segar hingga azan magrib karena proses glukonegenesis berjalan optimal dan gula darah kadarnya  dalam kadar yang normal.

 

Pola makan yang dianjurkan saat berbuka adalah sebagai berikut: 1). Berbuka dengan buah-buahan manis berair banyak atau makanan manis tapi tidak terlalu banyak, 2). Minum air, 3). Sholat mahgrib, 4). Makan nasi dan lauk pauknya, 5) Makan makanan lain atau STOP tergantung dari status gizi anda.  Antara berbuka hingga tidur dianjuran minum antar 4-5 gelas untuk orang dewasa.

Untuk Sahur dianjurkan sebagai berikut: 1) Makan nasi dan lauk pauknya, 2). Makan buah berair banyak, 3). Minum Susu untuk yang suka, 4). Makan makanan lainnya. Minum antara 3-4 gelas dari bangun sahur hingga imsyak.  Sedangkan aktivitas fisik yang dianjurkan, sebaiknya melakukan olah raga ringan di pagi hari seperti senam untuk menjaga fleksibilitas, sedangkan olah raga dengan intensitas sedang atau berat dapat dilakukan ba’da sholat ashar hingga azan maghrib menjelang.  Kalaupun tidak melakukan olah raga, setelah jam 1 atau 2 siang dianjurkan tetap melakukan aktivitas fisik harian seperti pekerjaan rumah tangga, atau berkebun, atau berjalan-jalan.

 

Penjelasan dari pola makan dan aktivitas fisik di atas adalah sebagai berikut.  Cara berbuka dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud. “Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah),  jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air.”  Jadi Rasulullah menganjurkan berbuka dengan ruthab (kurma basah), hal ini karena ruthab mengandung fruktosa (gula buah) dan kadar air yang tinggi, selain juga mengandung serat, vitamin dan mineral.

 

Mengkonsumsi ruthab akan menyebabkan kadar gula darah yang rendah setelah berpuasa 12-14 jam akan kembali naik sehingga tubuh kembali bugar, namun kenaikan gula darah ini akan perlahan karena jenis gula pada ruthab sebagian besar adalah fruktosa yang memerlukan proses untuk menjadi gula darah di organ hati, selain itu adanya serat yang tinggi dan kadar air yang banyak juga membuat kenaikan gula darah menjadi lebih perlahan.  Kenaikan gula darah secara perlahan ini penting agar tubuh tidak terkejut dengan gula darah yang dengan cepat meningkat sehingga dapat memicu gula darah turun pula dengan cepat (rebound).  Namun mengingat ruthab di Indonesia sulit diperoleh karena tidak tahan lama, maka dapat digantikan dengan makanan lain yang memiliki karakteristik mirip dengan ruthab yaitu buah-buahan berair banyak dan manis seperti jeruk, semangka, pepaya, melon, belimbing, nanas, anggur, apel, pir.  Apabila itupun tidak tersedia, Rasulullah dalam hadist di atas menggantinya dengan tamr (kurma kering).

 

Tamr adalah kurma yang banyak dijual di Indonesia.  Tamr mengandung kadar glukosa yang tinggi sehingga cepat meningkatkan gula darah.  Oleh sebab itu sebaiknya tamr tidak terlalu banyak dikonsumsi, cukup 3, 5 atau 7 biji saja.  Bila tamr tidak ada dapat diganti dengan minuman manis atau makanan manis lainnya, namun tetap dengan jumlah yang tidak terlalu banyak untuk mencegah naiknya gula darah secara cepat.  Setelah itu dilanjutkan dengan minum air putih untuk mengganti kebutuhan air selama berpuasa, dan dilanjutkan dengan sholat maghrib terlebih dahulu.  Dengan melakukan sholat magrib, maka terdapat jeda waktu antara berbuka dengan ruthab atau tamr atau makanan yang manis dengan makanan utama nasi dan lauk pauknya, sehingga setelah saluran cerna kosong cukup lama, tubuh memiliki cukup waktu untuk menyiapkan enzim-enzim pencernaan sehingga proses pencernaan makanan utama akan menjadi lebih optimal.

 

Nasi dan lauk pauknya sebaiknya dikonsumsi dengan lengkap yang terdiri dari makanan sumber karbohidrat  (dianjurkan nasi untuk di Indonesia), protein hewani (daging, ikan, ayam, telur), protein nabati (tahu, tempe, kacang), dan sayuran.  Makanan 4 sehat ini selain mengandung karbohidrat juga mengandung protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh untuk berpuasa keesokan harinya.  Makanan sumber karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi bagi tubuh selain juga untuk mengisi cadangan glikogen di organ hati dan otot yang telah terkuras pada saat berpuasa siang harinya.  Makanan sumber protein diperlukan sebagai sumber asam amino esensial yang bermanfaat untuk menjaga agar metabolisme tubuh dapat berjalan dengan baik.  Sebaiknya terdiri dari makanan sumber protein hewani dan nabati, bukan hanya hewani agar kolesterol tidak terlalu tinggi dan kita masih mendapat tambahan serat dari sumber protein nabati.   Lemak tidak perlu di risaukan karena setiap kita mengkonsumsi bahan makanan sumber protein, pasti mengandung lemak, selain itu dalam proses memasak seringkali menggunakan minyak baik untuk menumis atau menggoreng sehingga makanan sumber lemak tidak akan kurang.  Sayuran sebaiknya selalu tersedia baik dalam keadaan segar (lalapan) ataupun telah diolah sebagai sop.  Sayuran merupakan sumber serat dan mineral.  Serat sangat bermanfaat untuk meningkatkan rasa kenyang, dan melancarkan proses defekasi sehingga menurunkan risiko kanker usus besar selain juga dapat menjadi makanan bagi bakteri bermanfaat di usus besar yang akan membantu meningkatkan imunitas tubuh kita.

 

Setelah mengkonsumsi makanan 4 sehat (nasi dan lauk pauknya) bila akan mengkonsumsi makanan lain, perlu diperhatikan apakah kita termasuk gizi lebih, gizi normal atau gizi kurang.  Untuk yang mengalami gizi lebih, sebaiknya setelah makan 4 sehat tidak mengkonsumsi apapun selain minum air saja.  Sedangkan untuk yang gizi normal, atau kurang, atau anak yang sedang tumbuh sebaiknya mengkonsumsi makanan lainnya seperti kolak, kue atau buah-buahan hingga menjelang  tidur untuk meningkatkan total asupan energi.

 

Tentang Makan sahur dan aktivitas fisik akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman dan bagi yang ingin berkonsultasi lebih jauh mengenai  Gizi Lebih ini dapat menghubungi kami di Poli Klinik Konsultasi Gizi RS Al Islam Bandung yang akan dilayani oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik yang berpengalaman di bidangnya, untuk informasi jadwal praktek Poli Klinik Konsultasi Gizi, silahkan anda mengunjungi website www.rsalislam.com atau ke bagian informasi di telp.022-7562046 ext.705 dan bagi warga masyarakat yang memerlukan penyuluhan mengenai Kesehatan Gizi (Gratis) dapat menghubungi bagian PKRS RS Al Islam Bandung pada jam kerja di Telp.022-7562046 ext.822.

 


09/Feb/2019

Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar, yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.

Empat Pilar tersebut adalah:

1. Mengonsumsi makanan beragam.
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.

Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah dan proporsinya sudah benar?
Tidak.

Selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa Penyakit Tidak Menular (PTM), dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang. Oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih
Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi, terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.

Dengan membiasakan perilaku hidup bersih, akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya, serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit cacingan.

3. Melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan masuk ke dalam tubuh.

4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.

Bagi bayi dan balita, indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat).
Berat Badan Normal adalah :

a. untuk orang dewasa jika IMT 18,5 – 25,0;

 

 

 

b. bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau.

 

bersambung…


LOGO-PUTIH-compress

About Us :
RS Al Islam Bandung adalah Rumah Sakit milik Yayasan RSI KSWI Jawa Barat yang mempunyai visi "Menjadi Rumah Sakit Yang Unggul, Terpercaya dan Islami dalam Pelayanan dan Pendidikan"

RS Al Islam Bandung
Jl. Soekarno Hatta No. 644
Tel. (022) 7565588
Email : cs@rsalislam.com

Sertifikat

paripurna-2022-2026-4-11zon

Sertifikat Paripurna

Copyright by RS Al Islam Bandung 2021. All rights reserved.