Berbagai Problematik Penyakit Stroke (I)
Stroke merupakan suatu kondisi gangguan fungsi otak yang timbul mendadak akibat tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah ke otak, yang berlangsung lebih dari 24jam, atau menimbulkan kematian. Secara umum stroke dibagi menjadi:
- Stroke infark (85%): terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak. terdiri dari infark aterotrombotik (80%) dan infark emboli (20%).
- Stroke pendarahan (15%): Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia dan keempat di Amerika Serikat. Di Indonesia, stroke menempati peringkat pertama (15,4%) sebagai penyebab kematian (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2007). Di masyarakat urban (Jakarta) diperkirakan prevalensinya 0,5%, sedangkan di daerah rural (perdesaan Tasikmalaya) insidensi sekitar 500 per 100.000 penduduk. Stroke merupakan penyebab kecacatan pertama di dunia.
Stroke juga penyebab keempat tersering dari hilangnya produktivitas dan pada disability-adjusted life years (DALYs) di seluruh dunia, disamping HIV-AIDS, depresi unipolar dan penyakit jantung. Desease burden (beban penyakit) biasanya diukur dalam DALYs. Satu DALYs adalah satu tahun kehilangan hidup sehat. The burden of disease didefinisikan sebagai kesenjangan antara kesehatan umum suatu populasi pada situasi yang ideal, yaitu setiap orang pada populasi hidup sampai usia tua dengan sehat. Meskipun insiden stroke tinggi pada orang yang sudah tua karena peningkatan umur panjang dari survivor stroke yang usia muda 2/3 dari beban stroke di seluruh dunia terjadi pada usia di bawah 70 tahun.
Tren di Masa Depan
Epidemiologist sudah mengingatkan adanya epidemi stroke pada 25 tahun ke depan. Peningkatan jumlah pasien stroke juga disebabkan kontrol yang tidak adekuat dari faktor risiko stroke.
Meskipun upaya pencegahan primer stroke dan penyakit jantung akan menolong, namun secara paradoks akan membuat hal yang lebih rumit. Pasien yang diobati dengan antitrombotik untuk pencegahan stroke dapat menderita stroke perdarahan yang lebih berat, dan pasien yang dicegah dari kematian karena serangan jantung, dapat bertahan hidup dan menjadi memiliki resiko terkena stroke, karena stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Situasinya akan lebih menyeramkan bila melihat projeksi di seluruh dunia. Insidensi dan kematian karena stroke akan meningkat lebih cepat pada negara berpenghasilan rendah dan sedang, karena peningkatan prevalensi factor resiko penyakit jantung, urbanisasi dan perubahan pola makanan. Tanpa adanya intervensi pada populasi yang luas, maka diperkirakan pada tahun 2030 terdapat 23 juta kasus stroke baru, 77 juta survivor stroke, dan 7,8 juta meninggal dunia.
Faktor Resiko
Pencegahan adalah metode yang paling efektif dalam menurunkan beban stroke secara sosial.
Faktor resiko terdiri dari :
- Faktor resiko non-modifiable (tidak dapat diubah) : Umur, seks, ras, dan herediter (keturunan).
- Faktor resiko modifiable (dapat diubah) : hipertensi, atrial fibrilasi, DM, dyslipidemia, penyakit arteri karotis, merokok, alcoholism, inaktiitas fisik, obesitas, narkoba.
Pada tahun 2009 suatu penelitian terstandar case control INTERSTROKE menghasilkan informasi penting tentang factor resiko stroke diberbagai negara, baik negara berpenghasilan rendah maupun sedang. Penelitian ini menunjukkan 5 faktor resiko bertanggung jawab >80% resiko global stroke : hipertensi, merokok, kegemukan, makanan dan aktifitas fisik. Sebagai tambahan 5 faktor resiko meningkatkan faktor resiko stroke sampai 90% : konsumsi alkohol yang banyak, dyslipidemia/ kadar lemak yang tinggi (diukur dengan ratio apolipoprotein B ke A1), gangguan jantung (Atrial fibrilasi atau flutter, Miokard Infark sebelumnya, penyakit rematik katup jantung , dan katup jantung buatan), dan stress psikososial /depresi. Hal yang penting adalah, banyak dari faktor resiko ini dapat dikendalikan.
Hipertensi
Pada penelitian INTERSTROKE, partisipan yang memiliki hpertensi dengan tekanan darah >160/90 mmHg memiliki resiko 2,8 kali lebih besar mendapat stroke daripada yang tidak memiliki hipertensi. Kontrol tekanan darah berhubungan secara signifikan dengan penurunan resiko stroke. Suatu trial klinis meta analisis yang besar memperlihatkan penurunan stroke 41% bila tekanan darah menurun 10mmHg pada sistolik atau 5 mmHg pada diastolic dibandingkan dengan tekanan darah sebelum pengobatan.
Resiko stroke secara kontinyu berhubungan dengan tekanan darah sampai mencapai 115/75. Subjek dengan tekanan darah <120/80 mmHg memiliki setengah dari resiko stroke subjek dengan hipertensi. Guidline untuk pencegahan primer stroke merekomendasikan pengobatan tekanan darah sampai dibawah 140/80 mmHg, dan untuk pasien dengan Diabettes mellitus atau pasien dengan penyakit ginjal target tekanan darah dibawah 130/80 mmHg.
(bersambung…)