26/Nov/2018

Diabetes Mellitus

Terdapat peningkatan kasus DM dengan berjalannya waktu, bersamaan dengan peningkatan prevalensi overweight dan obesitas. Pada penelitian Steno-2 Study, pasien yang mendapatkan intensif terapi dan modifikasi tingkah laku, resiko kardiovaskular (penyakit jantung) menurun 60%, dan terdapat penurunan terkena stroke.

 

Obesitas

Beberapa trial menunjukkan adanya penurunan tekanan darah dengan penurunan berat badan.

 

Merokok

Terdapat bukti yang kuat dari efek yang merusak/merugikan dari merokok pada stroke, penyakit jantung dan kanker. Resiko stroke pada perokok mencapai puncaknya pada usia pertengahan dan menurun dengan bertambahnya usia.

 

Inaktifitas Fisik

Suatu penelitian meta analisis menunjukkan individu dengan aktifitas sedang sampai tinggi memiliki resiko insidensi atau kematian karena stroke yang lebih rendah dibanding individu dengan aktifitas rendah. Pada tahun 2008 Physical Activity Guidelines for Americans merekomendasikan untuk dewasa melakukan minimal 150 menit per minggu intensitas sedang, atau 75 menit perminggu intensitas tinggi aktifitas aerobic, atau kominasi yang sepadan antara aktifitas aerobic yang sedang dan tinggi.

 

Lemak

Sebagian besar studi epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara level kolesterol yang tinggi dengan peningkatan resiko stroke iskemik (penyumbatan), dan menunjukkan adanya keuntungan dengan menurunkan LDL  pada penurunan resiko stroke.

 

Atrial Fibrilasi

AF merupakan faktor resiko yang kuat yang menyebabkan terjadinya stroke 5 kali lipat pada seluruh usia grup. Karena prevalensinya meningkat sesuai dengan usia, persentase stroke berhubungan dengan peningkatan AF pada grup usia tua.

 

Depresi

Stressor psikososial dan depresi kurang diperhatikan daripada faktor resiko stroke lainnya pada upaya pencegahan stroke. Terdapat evidence yang berkembang bahwa faktor ini dapat meningkatkan faktor resiko stroke.

 

Yang Perlu Dilakukan

  • Pengendalian dan terapi faktor resiko (hipertensi, atrial fibrilasi, DM, dyslipidemia, penyakit arteri karotis). Kunjungi dokter secara teratur. Stop kebiasaan/ kegiatan yang tidak baik (merokok, alcoholism, inaktiitas fisik, obesitas, narkoba). Lakukan gaya hidup yang sehat.
  • Pencegahan stroke primer (mencegah terkenanya stroke) dan sekunder (mencegah terjadinya kembali serangan stroke yang berikutnya) antara lain dengan menggunakan obat antiplatelet, ataupun antikoagulan oral pada kasus atrial fibrilasi, serta kendalikan/terapi faktor resiko anda (hubungi dokter anda)
  • Penatalaksanaan Stroke harus secara cepat dan tepat. Segera kirim pasien ke RS. Semakin cepat dikirim ke RS, semakin banyak sel-sel saraf yang dapat diselamatkan. Penatalaksanaan di RS sesuai dengan jenis stroke, awitan stroke, dan dikelola secara multidisipliner sesuai dengan kondisi pasien. Pendidikan terhadap pasien maupun keluarga sangat penting agar dapat mengerti tentang stroke, tindakan/terapi yang diberikan maupun rencana terapi/tindakan selanjutnya.
  • Setelah perawatan stroke, penting agar pasien kontrol secara teratur, untuk mencegah terjadinya stroke ulang, pengendalian faktor resiko, menjaga kondisi psikis pasien, serta untuk penatalaksanaan rehabilitasi medis.

22/Nov/2018

Kanker leher rahim atau kanker serviks merupakan penyakit yang menjangkit kaum hawa dan salah satu kanker yang mematikan. Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi menular seksual. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), tidak kurang dari satu juta wanita di dunia menderita penyakit ini.

Penyebab kanker serviks ini adalah infeksi kuman human papillomavirus (HPV) yang menyerang leher rahim. Terdapat lebih dari 100 jenis virus HPV, 13 diantaranya dapat menyebabkan kanker serviks. Penularan virus ini bisa terjadi melalui hubungan seksual dengan orang yang memiliki virus yang sama. Virus akan menginfeksi sel sehat pada dinding rahim dan sel sehat akan mati, lalu digantikan sel abnormal yang tumbuh tidak terkendali. Itulah yang kemudian menjadi kanker.

Banyak wanita yang tidak menyadari bahwa ia terserang penyakit ini. Kalaupun ada gejalanya, hal itu sering kali diremehkan. Sehingga penyakit berkembang dari semula stadium awal menjadi stadium lanjut. Sebenarnya penyakit ini dapat disembuhkan secara total jika ditemukan sedini mungkin.

Pemeriksaan IVA menjadi salah satu upaya dini untuk mencegah kanker serviks. Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat yang bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan organ serviks tersebut.

Berkaitan dengan sosialisasi bahaya kanker serviks yang bertepatan dengan rangkaian Hari Kesehatan Nasional yang ke-54, Rumah Sakit Al Islam (RSAI) Bandung bekerjasama dengan Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, mengadakan pemeriksaan IVA gratis secara massal pada Senin (19/11/2018). Kegiatan ini diikuti oleh lebih kurang 400 warga yang ada di Kecamatan Rancasari, meliputi Kelurahan Manjahlega, Cipamokolan, Mekarjaya dan Derwati.

Menurut Kepala Seksi Pemberdayaan Perempuan Kecamatan Rancasari, Indah, kegiatan ini sangat baik untuk diselenggarakan dan sesuai dengan program prioritas TP PKK, yaitu Pokja 4 yang programnya melakukan pemeriksaan IVA. “Tujuan dari IVA test ini adalah untuk memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini kanker mulut rahim, kepada masyarakat. Diharapkan kegiatan ini dapat berkelanjutan sebagai upaya preventif, agar masyarakat terhindar dari kanker serviks ini,” papar Indah.

Hal serupa disampaikan oleh Ketua Pokja 4 TP PKK Kota Bandung, Eulis Sumiati. Menurut Eulis, Pokja 4 TP PKK Kota Bandung sangat mengapresiasi kegiatan Gebyar Pemeriksaan IVA yang dilaksanakan oleh TP PKK Kecamatan Rancasari, bekerjasama dengan RSAI Bandung, sebagai upaya untuk mencegah kanker serviks melalui deteksi dini dengan pemeriksaan IVA.

“Melalui peran PKK sebagai penggerak dan penyuluh di masyarakat, diharapkan masyarakat terutama pasangan usia subur semakin memahami pentingnya pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini pencegahan kanker serviks. Besar harapan saya kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan. Sehingga semakin meningkatkan kesadaran cakupan IVA test di Kecamatan Rancasari khususnya dan Kota Bandung pada Umumnya,” tutur Eulis.


19/Nov/2018

Stroke merupakan suatu kondisi gangguan fungsi otak yang timbul mendadak akibat tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah ke otak, yang berlangsung lebih dari 24jam, atau menimbulkan kematian. Secara umum stroke dibagi menjadi:

  • Stroke infark (85%): terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak. terdiri dari infark aterotrombotik (80%) dan infark emboli (20%).
  • Stroke pendarahan (15%): Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah

Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia dan keempat di Amerika Serikat. Di Indonesia, stroke menempati peringkat pertama (15,4%) sebagai penyebab kematian (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2007). Di masyarakat urban (Jakarta) diperkirakan prevalensinya 0,5%, sedangkan di daerah rural (perdesaan Tasikmalaya) insidensi sekitar 500 per 100.000 penduduk. Stroke merupakan penyebab kecacatan pertama di dunia.

Stroke juga penyebab keempat tersering dari hilangnya produktivitas dan pada disability-adjusted life years (DALYs) di seluruh dunia, disamping HIV-AIDS, depresi unipolar dan penyakit jantung. Desease burden (beban penyakit) biasanya diukur dalam DALYs. Satu DALYs adalah satu tahun kehilangan hidup sehat. The burden of disease didefinisikan sebagai kesenjangan antara kesehatan umum suatu populasi pada situasi yang ideal, yaitu setiap orang pada populasi hidup sampai usia tua dengan sehat. Meskipun insiden stroke tinggi pada orang yang sudah tua karena peningkatan umur panjang dari survivor stroke yang usia muda 2/3 dari beban stroke di seluruh dunia terjadi pada usia di bawah 70 tahun.

 

Tren di Masa Depan

Epidemiologist sudah mengingatkan adanya epidemi stroke pada 25 tahun ke depan. Peningkatan jumlah pasien stroke juga disebabkan kontrol yang tidak adekuat dari faktor risiko stroke.

Meskipun upaya pencegahan primer stroke dan penyakit jantung akan menolong, namun secara paradoks akan membuat hal yang lebih rumit. Pasien yang diobati dengan antitrombotik untuk pencegahan stroke dapat menderita stroke perdarahan yang lebih berat, dan pasien yang dicegah dari kematian karena serangan jantung,  dapat bertahan hidup dan menjadi memiliki resiko terkena stroke, karena stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Situasinya akan lebih menyeramkan bila melihat projeksi di seluruh dunia. Insidensi dan kematian karena stroke akan meningkat lebih cepat pada negara berpenghasilan rendah dan sedang, karena peningkatan prevalensi factor resiko penyakit jantung, urbanisasi dan perubahan pola makanan. Tanpa adanya intervensi pada populasi yang luas, maka diperkirakan pada tahun 2030 terdapat 23 juta kasus stroke baru, 77 juta survivor stroke, dan 7,8 juta meninggal dunia.

 

Faktor Resiko

Pencegahan adalah metode yang paling efektif dalam menurunkan beban stroke secara sosial.

Faktor resiko terdiri dari :

  • Faktor resiko non-modifiable (tidak dapat diubah) : Umur, seks, ras, dan herediter (keturunan).
  • Faktor resiko modifiable (dapat diubah) : hipertensi, atrial fibrilasi, DM, dyslipidemia, penyakit arteri karotis, merokok, alcoholism, inaktiitas fisik, obesitas, narkoba.

Pada tahun 2009 suatu penelitian terstandar case control INTERSTROKE menghasilkan informasi penting tentang factor resiko stroke diberbagai negara, baik negara berpenghasilan rendah maupun sedang. Penelitian ini menunjukkan 5 faktor resiko bertanggung jawab >80% resiko global stroke : hipertensi, merokok, kegemukan, makanan dan aktifitas fisik. Sebagai tambahan 5 faktor resiko meningkatkan faktor resiko stroke sampai 90% : konsumsi alkohol yang banyak, dyslipidemia/ kadar lemak yang tinggi (diukur dengan ratio apolipoprotein B ke A1), gangguan jantung (Atrial fibrilasi atau flutter, Miokard Infark sebelumnya, penyakit rematik katup jantung , dan katup jantung buatan), dan stress psikososial /depresi. Hal yang penting adalah, banyak dari faktor resiko ini dapat dikendalikan.

 

Hipertensi

Pada penelitian INTERSTROKE, partisipan yang memiliki hpertensi dengan tekanan darah >160/90 mmHg memiliki resiko 2,8 kali lebih besar mendapat stroke daripada yang tidak memiliki hipertensi. Kontrol tekanan darah berhubungan secara signifikan dengan penurunan resiko stroke. Suatu trial klinis meta analisis yang besar memperlihatkan penurunan stroke 41% bila tekanan darah menurun 10mmHg pada sistolik atau 5 mmHg pada diastolic dibandingkan dengan tekanan darah sebelum pengobatan.

Resiko stroke secara kontinyu berhubungan dengan tekanan darah sampai mencapai 115/75. Subjek dengan tekanan darah <120/80 mmHg memiliki setengah dari resiko stroke subjek dengan hipertensi. Guidline untuk pencegahan primer stroke merekomendasikan pengobatan tekanan darah sampai dibawah 140/80 mmHg, dan untuk pasien dengan Diabettes mellitus atau pasien dengan penyakit ginjal target tekanan darah dibawah 130/80 mmHg.

(bersambung…)

 

 


LOGO-PUTIH-compress

About Us :
RS Al Islam Bandung adalah Rumah Sakit milik Yayasan RSI KSWI Jawa Barat yang mempunyai visi "Menjadi Rumah Sakit Yang Unggul, Terpercaya dan Islami dalam Pelayanan dan Pendidikan"

RS Al Islam Bandung
Jl. Soekarno Hatta No. 644
Tel. (022) 7565588
Email : cs@rsalislam.com

Sertifikat

paripurna-2022-2026-4-11zon

Sertifikat Paripurna

Copyright by RS Al Islam Bandung 2021. All rights reserved.